PERMEN kapas atau
biasa disebut arumanis menjadi "penyelamat" Ade Samsudin (33).
Pertengahan 2006, anak pertamanya lahir. Ia kebingungan memikirkan
tingginya kebutuhan hidup keluarga.
Seorang
teman mengajak Ade memulai bisnis arumanis. Ia bahkan memutuskan
menarik seluruh modal kebutuhan perawatan anaknya yang sakit untuk
bisnis itu. Berbekal kepercayaan dari pemilik toko grosir di sekitar
rumah Ade di Kampung Sukaresmi, Desa Mekarsari, Kecamatan Lembang, ia
memulai usaha itu dengan tertatih-tatih dan mengutang sejumlah bahan
pembuat arumanis seperti gula, terigu, dan minyak goreng.Ade mengemas
arumanis buatannya dengan gelas plastik agar terlihat cantik dan tahan
lama. Ia menamakannya Arumanis Berbie atau disingkat Arbie. Arumanis itu
kemudian dijualnya di sejumlah toko oleh-oleh hingga toko kelontong.
Upayanya ini berlangsung hampir satu tahun lamanya.
Sekitar
2008 ada tiga orang yang ingin secara resmi mendistribusikan Arumanis
Berbie ini. Tiga agen besar ini membawa perubahan cukup besar untuk
usaha Ade. Menurut dia, keberadaan agen itu membuatnya bisa melancong
hingga ke banyak kota besar di Pulau Jawa.Kehadiran agen juga
mengharuskan bapak satu orang anak itu mematenkan merek jualnya dan
mempercantik kemasan produknya. Nama Arbie pun kemudian dijadikan ikon
arumanisnya. Meski banyak yang menyebutkan Arbie adalah akronim dari
Arumanis Berbie, sebetulnya Arbie adalah singkatan namanya dan anak
istrinya. "Mau tak mau, itu tuntutan pasar. Para agen itu maunya
arumanis ini ada merek dagangnya," katanya ketika ditemui di pabrik
arumanis miliknya, Selasa (2/3).
Pesatnya
perkembangan arumanis Ade tak lepas dari kepeduliannya memenuhi
kelengkapan syarat usaha. Mulai dari sertifikat Penyuluhan Industri
Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan hingga izin usaha dari Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah. Saat
ini, hanya label halal dari Majelis Ulama Indone-sia-yang belum
dipegangnya karena harus masuk daftar tunggu yang lumayan panjang.Ia
mengatakan, mengurus perizinan usaha itu tidak berat. "Asal mau
mengajukan sendiri, semua serbasendiri, pasti biaya jatuhnya lebih
hemat. Kalau bisa saya katakan, biaya mengurus perizinan tidak sampai
lebih dari Rp 5 juta," ujarnya.Saat ini, setiap harinya dua puluh orang
pekerja Ade mampu menghasilkan tiga ratus gelas kemasan Arbie berukuran
150 gram. Para pekerja ini membuat arumanis hanya dengan tangan, tanpa
mesin. (Eva Fahas/"PR")***
benar2 inspiratif ceritanya.. Salut buat owner Arbie-food.
Tahu kah anda
Pabrik Aromanis pertama di bandung,ada di jalan astana anyar,depan polsek astana anyar
Ada alamatnya gak?